2017-01-14

Seminar Nasional Membangun Budaya Digital di Perguruan Tinggi

http://uin-suka.ac.id/page/berita/detail/674/seminar-nasional-dan-sosialisasi-membangun-budaya-digital-di-perguruan-tinggi(4/12/2012) Pusat Komputer dan Sistem Informatika (PKSI) UIN Sunan Kalijaga adakan Seminar nasional dengan tema "Digital Lifestyle Experience for Higher Education". Acara ini diadakan digedung Convention Hall dan dihadiri oleh mahasiswa, dosen, karyawan dan masyarakat umum. Seminar ini dibuka langsung oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. H. Musa Asy'arie dengan Gong Digital. Menurut Ketua PKSI, Agung Fatmanto, Ph.D., kegiatan ini diadakan sebagai komitmen UIN Sunan Kalijaga dalam mewudkan kampus digital dan sebagai upaya membangun budaya digital di perguruan tinggi. “ Di era globalisassi saat ini, perguruan tinggi harus memaksimalkan pengunaan tekhnologi digital, mengingat perkembangan arus informasi yang begitu pesatnya, hal ini sebagai imbas dari kemajuan dunia digital yang terjadi saat ini. Penerapan teknologi digital juga harus dibarengi dengan peningkatan pengetahuan teknologi komputerisasi bagi seluruh civitas kampus, baik dosen, pegawai dan mahasiswanya, agar menjadi sinergisitas”, tutur Agung Fatmanto yang juga dosen pada Fakultas Sains dan Teknologi. Dalam seminar ini menghadirkan Ryan Fabella (Client Software Architec IBM), Pepita Gunawan (Indonesian Google Southeast Asia dan Agung Fatmanto, Ph.D. sebagai pembicara.
Dalam sambutannya Musa Asyarie menyampaikan bahwa, UIN Sunan Kalijaga akan senantiasa mengembangkan kampus menuju kampus digital, karena, dengan penerapan teknologi digital, semua akses informasi akan menjadi mudah. Perkembangan teknologi yang begitu pesat seharusnya kita manfaatkan dan direspons secara positif, jangan sampe dengan perkembangan itu kita malah menjadi keblinger. “ Saat ini kita sudah dikuasai oleh dunia ‘kotak’, karena sebagian besar alat teknologi yang kita gunakan berbentuk kotak, PC, Monitor, PC Tablet, HP, Laptop semuanya berbentuk kotak. Melihat hal ini, kita jangan sampai dikotak-kotakkan oleh barang ‘kotak’ ini. Karena dengan barang ‘kotak’ ini individualisme akan semakin meningkat, untuk itu filter dalam penggunaan teknologi di era digital ini sangat penting”, tutur Musa.
“ Dalam acara ini juga dihadiri oleh delegasi PTAIN se-Indonesia dan delegasi pusat komputer Perguruan Tinggi dan civitas Mahasiswa se-DIY ”, tambah Agung. *(Doni Tri W-Humas UIN Suka)

2015-03-31

Temenan Yuuk,,

Persahabatan bagai kepompong
Merubah ulat menjadi kupu – kupu
Persahabatan bagai kepompong
Hal yang tak udah berubah jadi indah
(Potongan lirik lagu Kepompong – Sindentosca )
Lirik lagu tersebut mengingatkan kita bahwa hal sesulit apapun kalau dikerjakan secara bersama-sama pasti akan lebih mudah dan lebih cepat selesai,, tapi gimana siih cari sahabat yang bisa menjadi teman setia,, yuukk kita simak lebih lanjut. Sahabat sejati bukanlah teman yang ada disaat mereka sedang membutuhkan saja, tetapi sahabat sejati itu yang selalu ada menemani kita disaat sedih, duka, marah dan terkadang putus asa.                Banyak pepatah mengatakan lebih mudah mencari musuh daripada mencari teman yang benar – benar mengerti tentang keadaan kita. Ya memang benar sih untuk memiliki teman yang benar – benar mengerti keadaan kita itu sangatlah susah berbeda dengan mencari musuh. Nah bagaimana niih caranya supaya bisa dapet teman yang benar – benar mengerti tentang keadaan kita ok kita simak ya...                Awalnya kalau kita punya barang baru yang mahal harganya,, pasti dipakainya pun hati-hati, begitulah teman kalau kita baru saja berkenalan dengan teman baru pasti kita akan berhati-hati juga dalam bertutur kata dan berperilaku. Agar kenalan kita ini tidak hanya dianggap sebagai angin belaka maka mulailah dengan mengajaknya bincang-bincang seperti menanyakan rumah, hobi atau yang lain tapi jangan langsung menanyakan hal yang mungkin membuatnya sakit hati masalahnya teman yang satu dengan yang lainnya itu memiliki sifat-sifat unik pemberian dari Allah SWT. Sering ajak teman barumu bercanda juga ya karena biasanya pertemanan lebih asik kalau diselangi dengan canda tawa.                Terkadang teman bisa juga menjatuhkan kita, nah ini yang perlu kita bahas secara serius. Teman sejati biasanya akan lebih mengerti kita dibandingkan teman yang hanya mementingkan materi,, butuh bukti??? ya simple aja disaat kita ada ulangan misalnya teman sejati pasti akan memberi masukan bagaimana caranya agar kita bisa mengerjakan ulangan dengan baik tanpa harus menyontek, berbeda dengan teman materi dia hanya memikirkan bagaimana caranya agar bisa mendapatkan nilai baik tanpa harus susah payah belajar,, padahal hakikat seorang pelajar ya harus belajar. Hal yang sering membuat teman jadi musuh itu kebanyakan masalah gebetan terkadang cinta yang membuat mereka buta. So berhati-hatilah kalian dengan yang namanya cinta jangan sampai persahabatan kalian hancur hanya karena cinta,,, apa kata dunia hari gini masih mengandalkan cinta yang gak pasti ujungnya...

2014-06-15

Tulisan yang Entah darimana Asalnya,

Cinta adalah satu kata yang penuh makna
Cinta hadir dikala dua insan saling bertegur sapa
Cinta tak memandang usia
Siapa saja boleh jatuh cinta
Namun cinta suci seperti apakah yang harus dijaga???

                Dikala dua insan telah menyatakan cinta apakah itu salah??,, ya itu memang tidak salah namun usia mereka yang salah, mereka terlalu cepat untuk mengenal apa itu cinta, bagaimana itu cinta, dan apa resiko dari cinta???,,, mereka hanya mengenal cinta lewat layar media, lewat senandung lagu cinta, yang belum tentu memiliki makna. Cinta mereka memang hanya sebatas di bibir saja dan bisa jadi hanyalah cinta monyet belaka, namun apakah begitu mudah memaknai cinta yang seperti itu??,,  cinta butuh perjuangan tidak hanya di bibir saja namun juga di hati dan di kehidupan nyata. Cinta mereka hanya untuk hura-hura, untuk trend belaka, namun seperti itukah yang dinamakan cinta???, terkadang saya heran dengan anak-anak jaman sekarang, mereka lebih mementingkan urusan pacar, dibandingkan dengan urusan pendidikannya. Pendidikan yang di gadang-gadang hasilnya oleh keluarga namun mereka bisa saja dengan mudah menghancurkannya. Berbagai alasan mereka pakai demi menuruti nafsu belaka, uang spp untuk membelikan bingkisan pacarnya bahkan hanya untuk hura-hura saja, apakah itu bisa dikatakan cinta suci kalau hanya menuruti nafsu belaka tanpa memikirkan kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat??.
                Saya rasa cinta suci bukanlah seperti itu,, cinta suci itu lahir dari ketulusan hati bukan hanya trend belaka. Cinta suci itu cinta yang murni lahir dari dua insan yang saling mencintai dengan cara yang suci pula. Cinta suci akan nyata dengan ikatan janji suci “ Ijab Qabul” dan komitmen yang tinggi.
Dua insan yang telah pantas untuk mencintai adalah dua insan yang siap lahir maupun batin, siap menafkahi lahir maupun batin. Tidak akan ada insan yang tersakiti jika ia benar-benar memaknai cinta suci.

                  Ya Allah,, Ya Robbi tunjukkanlah kami kejalan yang benar menuju cinta suciMu,,
                  Ya Allah,, Ya Robbi berikanlah kami ketulusan hati agar dapat mencapai RidhoMu,,
               Ya Allah,, Ya Robbi berikanlah kami pasangan yang mampu menjaga cinta suci tanpa ada hati yang tersakiti.
                

2013-12-09

Androit Kit Kat

KOMPAS.com — Google memutuskan untuk memblokir kata-kata dalam bahasa Inggris yang tidak pantas/sopan di sistem operasi terbarunya, KitKat. Langkah Google ini mengikuti jejak Apple yang sebelumnya juga memblokir kosakata yang tidak sopan dalam perangkat iPhone.
Saat itu Steve Jobs khawatir smartphone buatan Apple akan disalahgunakan penggunanya untuk mengakses konten-konten pornografi.
Saat ini Google telah merinci daftar kata apa saja yang akan diblokir. Daftar kata tersebut nantinya bakal tidak dikenali oleh smartphone. Sistem operasi kemudian akan menyarankan kosakata lain.
Jumlah kosakata "terlarang" yang dihimpun tim Google saat ini mencapai 165.000 kata dalam bahasa Inggris.
Muncul banyak perdebatan akan kosakata yang dilarang oleh Android ini, beberapa orang menganggap ada kata yang seharusnya tidak masuk dalam daftar tetapi malah dilarang, seperti "lactation".
Contoh lain adalah kata "bong" yang diperbolehkan, tetapi "morphin" tidak; "Nazi" boleh, tetapi "Klansmen" dan "supremacist" tidak. "Apple" dan "Microsoft" boleh, tetapi "AMD" atau "Garmin" tidak boleh. "Geek" juga masuk dalam daftar terlarang di KitKat.
Google belum menjelaskan bagaimana metode yang dipakai untuk mengumpulkan daftar kata terlarang tersebut.
Kritikus teknologi Chris Matyszczyk di situs CNET (3/12/2013) menganjurkan agar Google dan Apple jangan terlalu berprasangka negatif atau terlalu sering mengoreksi kata secara otomatis. Menurutnya, smartphone itu seharusnya menjadi benda milik pribadi, dan pengguna memiliki kebebasan dalam berekspresi dengan smartphone-nya.http://tekno.kompas.com/read/2013/12/09/1702551/Android.KitKat.Sensor.Ribuan.Kata

2013-10-16



SYARAT - SYARAT DAN ADAB 
BAGI SEORANG MUFASSIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Al – Qur’an Hadits
Dosen Pengampu : H. Munjahid, S. Ag, M. Ag





KELOMPOK 4:
1.      NURUL SULISTIYANINGSIH     (13820070)
2.      YOGI YULIANSYAH                    (13820073)
3.      DORA MUSTIKASARI                  (13820075)

PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

            Menjadi seorang mufassir tentu tidaklah mudah diperlukan beberapa keahlian khusus yang harus dimiliki dan dipahami oleh seorang mufassir. Dalam hal penafsiran Al – Qur’an mufassir dituntut untuk menafsirkan Al – Qur’an sesuai dengan makna yang terdapat didalamnya. Selain itu dalam penyampaiannya haruslah tepat dan tidak mengandung beberapa kata atau kalimat yang tidak sesuai dengan makna sebenarnya.
            Sebelum menfasirkan sesuatu seorang mufassir harus terlebih dahulu mengetahui apa saja ilmu-ilmu yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan ilmu untuk menfasirkan sesuatu.  Selain itu terdapat syarat-syarat dan juga adab-adab yang harus dimiliki oleh seorang mufassir agar hasil tafsirannya sesuai yang diharapkan.
            Oleh karena itu kami membuat makalah ini agar para pembaca mengetahui apa saja syarat dan adab menjadi seorang mufassir. Selain itu pembaca diharapkan memahami syarat dan adab tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

I.                   PENGERTIAN TAFSIR DAN MUFFASIR
Tafsir ialah menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya[1].
Lafal dengan makna ini disebutkan di dalam QS. Al-Furqan: 33 :
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.”
Menurut kamus besar bahasa Indonesia tafsir berarti keterangan atau penjelaskan tentang ayat – ayat Al – Qur’an agar lebih mudah dipahami. Sedangkan penafsiran adalah proses, cara, perbuatan menafsirkan atau upaya untuk menjelaskan sesuatu yang kurang jelas.[2]
Sedangkan Ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang nuzulul quran keadaaan-keadaanya, kisah-kisahnya, sebab-sebab turunnya, tertib makiyah dan madaniyahnya.
Menurut Ibnu Hayan ilmu tafsir ialah ilmu yang membahas cara membunyikan lafal-lafal Al-Quran dan madlul-madlulnya (yaitu ilmu lughah). Baik mengenai kata-kata tunggal maupun dalam susunan tarkib dan ahkamnya (di sini mencakup ilmu tafsir, i’rab, bayan, dan badi’) dan makna-maknanya yang dikandung oleh keadaan susunan (mencakup segala dalalah yang menunjukkan hakikat dan majaz) dan beberapa kesempurnaan seperti mengetahui nasakh, sabab nuzul, kisah yang menyatakan apa yg tidak terang (mubham), di dalam Al-Quran dan lain-lain yang mempunyai hubungan dengannya.[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa tafsir adalah suatu upaya mencurahkan pemikiran untuk memahami dan mengeluarkan hukum yang terkandung dalam suatu ayat al-Qur’an agar dapat diaplikasikan sebagai dasar utama penetapan hukum.[4]
Demikian definisi tafsir yang dikemukakan oleh para ulama. Tafsir adalah aktifitasnya sedangkan pelakunya disebut sebagai mufassir.
Jadi Mufassir adalah orang-orang yang menafsirkan al-qur’an. Sedangkan ilmunya disebut dengan ilmu tafsir yaitu ilmu yang digunakan oleh seseorang mufassir sebagai alat untuk menafsirkan sesuatu ayat dari ayat-ayat Al-Qur’an.

II.                ILMU – ILMU YANG DIPERLUKAN OLEH SEORANG MUFASSIR
Ilmu – ilmu yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi mufassir
antara lain[5]:
a.       Lughat Arabiyah   : Dengan dialah diketahui syarah kata – kata tunggal. Kata Mujahid : “ orang yang tidak mengetahui seluruh bahasa Arab, tidak boleh baginya menafsirkan Al-Qur’an.
b.      Undang – undang bahasa Arab, yaitu undang – undang/ aturan –atutrannya, baik mengenai kata –kata tunggalnya, maupun mengenai tarkib – tarkibnya. Tegasnya mengetahui ilmu tashrif dan ilmu nahwu.
c.       Ilmu Ma’ani, Bayan, dan Badi’. Dengan ilmu ma’ani diketahui khasiat – khasiat susunan pembicaraan dari jurusan memberi pengertian. Ilmu bayan bermanfaat untuk penyusunan kata. Ilmu badi’ bermanfaat untuk alur pembicaraan.
d.      Dapat menentukan yang Mubham, dapat menjelaskan yang mujmal dan dapat mengetahui sebab nuzul dan nasakh.
e.       Mengetahui ijmal, tabyin, umum, khusus, itlaq, taqyid, petunjuk suruhan, petunjuk larangan dsb.
f.       Ilmu kalam.
g.      Ilmu qira’at. Dengan ilmu qira’at dapat diketahui bagaimana kita menyebut kalimat – kalimat Al – Qur’an.



III.             SYARAT – SYARAT BAGI SEORANG MUFASSIR
Menjadi seorang mufassir tidaklah mudah diperlukan keahlian khusus untuk
dapat menafsirkan Al-Qur’an atau Hadits diantaranya ilmu lughah, ilmu nahwu,dan  ilmu sharaf. Selain itu untuk bisa menafsirkan Al-Qur’an, seseorang harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya:  
a.         Beraqidah shahihah, karena aqidah sangat pengaruh dalam menafsirkan al-Qur’an.
b.         Tidak dengan hawa nafsu semata, Karena dengan hawa nafsu seseorang akan memenangkan pendapatnya sendiri tanpa melilhat dalil yang ada. Bahkan terkadang mengalihkan suatu ayat hanya untuk memenangkan pendapat atau madzhabnya.
c.         Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.
d.        Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab. Mujahid berkata; “Tidak boleh seorangpun yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berbicara tentang Kitabullah (al-Qur’an) jikalau tidak menguasai bahasa arab“.
e.         Memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nusus syari’ah.
f.          Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an seperti ilmu nahwu (grammer), al-Isytiqoq (pecahan atau perubahan dari suatu kata ke kata yang lainnya), al-ma’ani, al-bayan, al-badi’, ilmu qiroat (macam-macam bacaan dalam al-Qur’an), aqidah shaihah, ushul fiqh, asbabunnuzul, kisah-kisah dalam islam, mengetahui nasikh wal mansukh, fiqh, hadits, dan lainnya yang dibutuhkan dalam menafsirkan. [6]
Manna’ al-Qathan menjelaskan beberapa syarat yang harus dimiliki seorang mufassir, yaitu:
a.         Akidah yang benar. Akidah mempunyai peranan yang sangat besar terhadap jiwa pemiliknya. Ketika ia mempunyai  akidah yang melenceng, tentu saja ia akan menafsirkan Al-Quran dengan berbagai penyimpangan, yang nantinya merusak pemahaman akan Al-Quran itu sendiri.
b.         Bisa menguasai hawa nafsu. Tidak jarang hawa nafsu menjadi pemicu pemiliknya untuk membela kepentingan mazhabnya.
c.         Menafsirkan lebih dahulu Al-Quran dengan Al-Quran.
d.        Menafsirkan Al-Quran dengan Sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai pensyarah Qur’an dan penjelasnya.
e.         Menafsirkan Al-Quran dengan pandangan para sahabat jika tidak didapatkan penafsiran dalam Al-Quran dan sunnah.
f.          Menafsirkan Al-Quran dengan pandangan tabi’in (apabila tidak menemukan penafsiran dalam Al-Quran, Sunnah maupun dalam pandangan para sahabat)
g.         Mempunyai pengetahuan bahasa Arab.
h.         Memliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, seperti qiraat, ushul al-tafsir, asbab nuzul, nasikh mansukh ayat, dsb.
i.           Pemahaman yang cermat. [7]
Dari beberapa syarat di atas hal yang paling penting bagi seorang mufassir antara lain :
a.         Harus memiliki aqidah yang benar.
b.         Tidak dikuasai nafsu ananiyah, ‘asabiyah dan lain-lain.
c.         Mengetahui ilmu bahasa Arab dan cabang-cabangnya.
d.        Faham secara mendalam dan dapat mengistimbatkan makna sesuai dengan nash syari’ah.[8]
IV.             ADAB – ADAB BAGI SEORANG MUFASSIR
Dalam Kamus Bahasa Indonesia adab sendiri mempunyai arti budi pekerti yang halus dan akhlak yang baik.[9] Dengan demikian dapat diartikan bahwa adab yaitu tingkah laku yang baik. Sedangkan adab mufassir diartikan dengan tingkah laku seseorang yang hendak menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan kata lain seorang mufassir boleh menafsirkan ayat-ayat al-Qur’anapabila memiliki adab yang telah ditentukan oleh para ulama’.
Imam suyuti mengatakan ,”Ketahuilah bahwa seseorang yang tidak dapat memahami wahyu Allah dan tidak akan terlihat rahasia olehnya rahasia-rahasianya  sementara didalam hatinya terdapat bid’ah, kesombongan dan hawa nafsu, cinta dunia, gemar melakukan dosa, lemah iman, bersandar pada mufassrir yang tidak memiliki ilmu atau merujuk pada akalnya. Semua ini merupakan penutup dan penghalang yang sebagiannya lebih kuat dari pada sebagian yang lain.  Inilah makna firman Allah ta’ala:
“Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.”(QS. Al-A’raf: 146)
Maksud ayat diatas adalah pemahaman mereka mengenai akal yaitu penafsiran akan diambil oleh allah karena sifat sombong mereka yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang mufassir.
Selain itu adab yang harus dimiliki seorang mufassir adalah:
a.       Niatnya harus bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata. Karena seluruh amalan tergantung dari niatannya (lihat hadist Umar bin Khottob tentang niat yang diriwayatkan oleh bukhori dan muslim diawal kitabnya dan dinukil oleh Imam Nawawy dalam buku Arba’in nya).
b.      Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
c.       Mengamalkan ilmunya, karena dengan merealisasikan apa yang dimilikinya akan mendapatkan penerimaan yang lebih baik.
d.      Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
e.       Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada.
f.       Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu. Baik dalam penulisan maupun dalam penyampaian. Dengan menggunakan metode yang sistematis dalam menafsirkan suatu ayat. Memulai dari asbabunnuzul, makna kalimat, menerangkan susunan kata dengan melihat dari sudut balagho, kemudian menerangkan maksud ayat secara global dan diakhiri dengan mengistimbat hukum atau faedah yang ada.[10]
Dalam kamus al-Munawir, adab  mempunyai arti aturan, tata krama atau kesopanan.[11] Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia adab sendiri mempunyai arti budi pekerti yang halus dan akhlak yang baik.[12] Dengan demikian dapat diartikan bahwa adab yaitu tingkah laku yang baik. Sedangkan adab mufassir diartikan dengan tingkah laku seseorang yang hendak menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dengan kata lain seorang mufassir boleh menafsirkan ayat-ayat al-Qur’anapabila memiliki adab yang telah ditentukan oleh para ulama’.
Adab merupakan salah satu syarat bagi mufassir dalam aspek kepribadian. Yang dimaksud aspek kepribadian adalah akhlak dan nilai-nilai ruhiyyah yang harus dimiliki oleh seorang mufassir agar menjadi layak dalam menjelaskan suatu hakikat dari al-Qur’an terhadap orang yang kurang mengetahui. Menurut Mana’ al-Qatthan diantara adab mufassir adalah sebagai berikut:[13]
a.         Berniat baik dan bertujuan benar.
Seorang mufassir harus memiliki niat dan tujuan yang baik, karena segala sesuatu itu bergantung pada niat, maka dari itu selayaknya mufassir telah menata niatnya sebelum mulai menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an. Hal ini juga di arahkan supaya mufassir menjauhkan diri dari tujuan-tujuan duniawi yang akan mendatangkan madlorot bagi dirinya sendiri.
b.         Berakhlak baik
Diumpamakan seorang mufassir adalah seorang pendidik atau guru yang dipanuti, karena itu sebagai seorang yang dianut, maka orang tersebut harus mempunyai perangauiyang baik dan sopan, agar para penganutnya merasa benar telah mempercayai apa yang telah diajarkan oleh guru mereka.  Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkahlaku yang berlawanan dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeda. Kedua-duanya memberi kesan secara langsung kepada kuwaliti individu dan masyarakat.  lndividu dan masyarakat yang dikuasai dan dianggotai oleh nilai-nilai dan akhlak yang baik akan melahirkan individu dan masyarakat yang sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan masyarakat yang dikuasai oleh nilai-nilai dan tingkahlaku yang buruk, akan porak peranda dan kacau balau.
c.         Taat dan beramal
Karena ilmu lebih dapat diterima melalui orang yang mengamalkannya. Perilaku mulia sang penafsir akan menjadi panutan yang baik bagi pelaksanaan masalah-masalah agama yang ditetapkannya.
d.        Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan.
Karena ilmu lebih dapat diterima melalui orang yang mengamalkannya. Perilaku mulia sang penafsir akan menjadi panutan yang baik bagi pelaksanaan masalahmasalah agama yang ditetapkannya.
e.         Tawadlu’ dan lemah lembut.
Karena kesombongan ilmiah merupakan dinding kokoh yang menghalangi antara seorang alim dengan kemanfaatan ilmunya.
f.          Berjiwa mulia.
Seharusnyalah seorang alim menjauhkan diri dari halhal yang remeh serta tidak mendekati dan memintaminta kepada penguasa.
g.      Vokal dalam menyampaikan kebenaran
Karena jihad yang paling utama adalah menyampaikan kalimat yang haq kepada penguasa yang zalim.
h.      Berpenampilan baik sehingga dapat memberikan kesan wibawa yang dapat menjadikan mufasir berwibawa dan terhormat dalam semua penampilannya secara umum, juga dalam cara duduk, berdiri, dan berjalan.
i.        Tenang dan mantap
Mufassir hendaknya tidak tergesagesa dalam bicara, tapi henndaknya ia berbicara dengan tenang, mantap dan jelas kata demi kata.
j.        Mendahulukan orang yang lebih utama dari pada dirinya.
Seorang mufassir harus hatihati menafsirkan dihadapan orang yang lebih pandai, menghargainya dan belajar darinya.
k.      Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran secara ilmiah dan sistematik seperti memulakannya dengan menyebut asbab al-nuzul, arti perkataan, menerangkan susunan perkataan, memberi penerangan kepada aspek-aspekbalaghah dan i`rab yang mana penentuan makna bergantung kepadanya, menjelaskan makna umum dan menghubungkannya dengan kehidupan sebenarnya yang dialami oleh umat manusia pada masa itu serta membuat kesimpulan dan menentukan hukum.



BAB III
PENUTUP

Tafsir ialah menerangkan makna-makna Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukumnya dan hikmah-hikmahnya. Ilmu tafsir adalah ilmu yang membahas tentang nuzulul quran keadaaan-keadaanya, kisah-kisahnya, sebab-sebab turunnya, tertib makiyah dan madaniyahnya. Mufassir adalah orang-orang yang menafsirkan al-qur’an.
Ilmu – ilmu yang harus dimiliki oleh seorang yang ingin menjadi mufasir
antara lain:
a.         Lughat Arabiyah.
b.        Undang – undang bahasa Arab.
c.         Ilmu Ma’ani, Bayan, dan Badi’.
d.        Dapat menentukan yang Mubham, dapat menjelaskan yang mujmal dan dapat mengetahui sebab nuzul dan nasakh.
e.         Mengetahui ijmal, tabyin, umum, khusus, itlaq, taqyid, petunjuk suruhan, petunjuk larangan dsb.
f.         Ilmu kalam.
g.        Ilmu qira’at.
Selain itu untuk bisa menafsirkan Al-Qur’an, seseorang harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya: 
a.         Beraqidah shahihah.
b.        Tidak dengan hawa nafsu semata.
c.         Mengikuti urut-urutan dalam menafsirkan al-Qur’an seperti penafsiran dengan al-Qur’an, kemudian as-sunnah, perkataan para sahabat dan perkataan para tabi’in.
d.        Faham bahasa arab dan perangkat-perangkatnya, karena al-Qur’an turun dengan bahasa arab.
e.         Memiliki pemahaman yang mendalam agar bisa mentaujih (mengarahkan) suatu makna atau mengistimbat suatu hukum sesuai dengan nusus syari’ah.
f.         Faham dengan pokok-pokok ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an.
Manna’ al-Qathan menjelaskan beberapa syarat yang harus dimiliki seorang mufassir, yaitu:
a.         Akidah yang benar
b.        Bisa menguasai hawa nafsu
c.         Menafsirkan lebih dahulu Al-Quran dengan Al-Quran.
d.        Menafsirkan Al-Quran dengan Sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai pensyarah Qur’an dan penjelasnya.
e.         Menafsirkan Al-Quran dengan pandangan para sahabat jika tidak didapatkan penafsiran dalam Al-Quran dan sunnah.
f.         Pemahaman yang cermat
g.        Menafsirkan Al-Quran dengan pandangan tabi’in (apabila tidak menemukan penafsiran dalam Al-Quran, Sunnah maupun dalam pandangan para sahabat)
h.        Mempunyai pengetahuan bahasa Arab.
i.          Memliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, seperti qiraat, ushul al-tafsir, asbab nuzul, nasikh mansukh ayat, dsb.
Selain itu adab yang harus dimiliki seorang mufassir adalah:
a.         Niatnya harus bagus, hanya untuk mencari keridloan Allah semata
b.        Berakhlak mulia, agar ilmunya bermanfaat dan dapat dicontoh oleh orang lain
c.         Mengamalkan ilmunya
d.        Hati-hati dalam menukil sesuatu, tidak menulis atau berbicara kecuali setelah menelitinya terlebih dahulu kebenarannya.
e.         Berani dalam menyuarakan kebenaran dimana dan kapanpun dia berada.
f.         Tenang dan tidak tergesa-gesa terhadap sesuatu
Menurut Mana’ al-Qatthan diantara adab mufassir adalah sebagai berikut:
a.         Berniat baik dan bertujuan benar.
b.        Berakhlak baik
c.         Taat dan beramal
d.        Berlaku jujur dan teliti dalam penukilan.
e.         Tawadlu’ dan lemah lembut.
f.         Berjiwa mulia.
g.        Vokal dalam menyampaikan kebenaran
h.        Berpenampilan baik
i.          Tenang dan mantap
j.          Mendahulukan orang yang lebih utama dari pada dirinya.
k.        Mempersiapkan dan menempuh langkah-langkah penafsiran secara ilmiah dan sistematik

DAFTAR PUSTAKA
Muchotob Hamzah, (2003), Studi Al-Qur’an Komprehensif ,Yogyakarta: Gama Media
Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
M. Alfatih Suryadilaga dkk, (2010), Metodologi ilmu tafsir , Yogyakarat: Teras
Muhammad Abu Salma, (2009), Sejarah Tafsir dan Perkembangannya, Islam House.com
Hasbi Ash Shiddieqy, (1992), Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Jakarta:  Bulan Bintang
Mana’ Khalil al-Qatthan, (2009), Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an (terj.) Mudzakir AS, Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa
Ahmad Warson Munawir, (2002), al-Munawir: Kamus Bahasa Arab, Surabaya: Pustaka Progresif
Tim penyusun kamus pusat bahasa, (2008), Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa




[1] Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media,  2003), hlm. 239.
[2]  Kamus Besar Bahasa Indonesia Offline
[3] Muchotob Hamzah, Studi Al-Qur’an Komprehensif (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 239.
[4] M. Alfatih Suryadilaga dkk, Metodologi ilmu tafsir ,(Yogyakarat:teras,2010), hlm. 27.
[5]  M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 206-207
[6]   Muhammad Abu Salma, Sejarah Tafsir dan Perkembangannya, (Islam House.com : 2009), hlm. 7
[7]   Mana’ Khalil al-Qatthan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an (terj.) Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera   Antar Nusa, 2009), hlm. 463-465
[8]  Muchotob hamzah, Studi Al – Qur’an komprehensif, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), hlm. 245
[9]  Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Bahasa Indonesia ,(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 9.

[10]   Muhammad Abu Salma, Sejarah Tafsir dan Perkembangannya, (Islam House.com : 2009), hlm. 7-[11] Ahmad Warson Munawir, al-Munawir: Kamus Bahasa Arab(Surabaya: Pustaka Progresif, 2002), hlm. 13.
[12] Tim penyusun kamus pusat bahasa, Kamus Bahasa Indonesia(Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm. 9.
[13] Mana’ Khalil al-Qatthan, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an (terj.) Mudzakir AS (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2009), hlm. 465.

2013-09-24

Semoga Engkau, Aku, Kita Semua Termasuk Yang Terpilih

Semoga Engkau, Aku, Kita Semua Termasuk Yang Terpilih

Kupu kupu tak akan pernah tau apa warna sayap mereka..
tapi orang orang tau betapa indahnya mereka….

Seperti juga dirimu…
engkau tidak tahu betapa indahnya dirimu..
tapi Allah tahu betapa istimewanya dirimu di mata-Nya.

Yaitu…
Ketika engkau tunduk dalam syari’at-Nya ridha atas takdir-Nya…
tersenyum dalam musibah yang beruntun..
Tegar dalam ujian yang bertubi tubi…
teguh dalam pendirian…

subhanallah…
semoga engkau, aku, kita
semua termasuk yang terpilih
menjadi hamba yang terindah di mata-Nya…